Pencatu Daya (power supply) adalah sebuah piranti
yang berguna sebagai sumber listrik untuk piranti lain. Pada dasarnya power
supply bukanlah sebuah alat yang menghasilkan energi listrik saja, namun ada
beberapa power supply yang menghasilkan energi mekanik, dan energi yang lain.
Prinsip Kerja Catu Daya :
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC.
Didalam,
rangkaian catu daya terbagi atas beberapa bagian yaitu :
1. Penyearah tegangan.
2. Filter tegangan.
3. Stabilisator tegangan.
4. Tegangan Output.
PENYEARAH (RECTIFIER)
Prinsip penyearah (rectifier)
yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini. Transformator
diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan
primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan
tegangan positif ke beban RL. Ini yang disebut dengan penyearah setengah
gelombang (half wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full
wave) diperlukan transformator dengan center tap (CT) seperti
pada gambar-2.
Tegangan
positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya
dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground.. Dengan demikian beban R1
mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa
aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar
dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan
ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.
Gambar 3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang
dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter
ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan
bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah gelombang dengan
filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan
tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan
kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai
dengan sifat pengosongan kapasitor.
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang
mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan
membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan
kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji
dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr = VM -VL …....... (1)
dan
tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2 ..... (2)
Rangkaian penyearah yang baik
adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple paling kecil. VL adalah
tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat
ditulis :
VL = VM e -T/RC .......... (3)
Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka
diperoleh :
Vr = VM (1 - e -T/RC) ...... (4)
Jika T << RC, dapat ditulis : e -T/RC » 1 - T/RC ..... (5)
sehingga jika ini disubsitusi
ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana :
Vr = VM(T/RC) .... (6)
VM/R
tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban
arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan
nilai tengangan ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C
... (7)
Rumus ini mengatakan, jika arus
beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar.
Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan
semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp,
yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya
50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50
= 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah
gelombang penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T =
1/2 Tp = 0.01 det.
Penyearah gelombang penuh
dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor pada rangkaian gambar
2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan
merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.
Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah
gelombang penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban
sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini
memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus
(7) dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5)
(0.01)/0.75 = 6600 uF.
Untuk kapasitor yang sebesar
ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan tegangan kerja
maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar
dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang paham mengapa rangkaian
audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu
daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika
dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan
memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
REGULATOR
Rangkaian penyearah sudah cukup
bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah stabilitas.
Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun.
Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan
dc keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini
cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi
tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Rangkaian regulator yang paling
sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini, zener bekerja pada
daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama
dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini
hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA.
Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt
regulator, salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel
dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit.
Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya
tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut
dengan regulator seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian
pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah :
Vout = VZ + VBE ........... (8)
VBE adalah tegangan base-emitor dari
transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 - 0.7 volt tergantung dari jenis
transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir pada base
transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin - Vz)/Iz .........(9)
Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda
zener untuk mencapai tegangan breakdown zener tersebut. Besar arus ini
dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.
Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari
op-amp, transistor dan komponen lainnya untuk merealisasikan rangkaian
regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam ini sudah dikemas menjadi
satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri 78XX
sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang
merupakan regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya
sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga
pembatas suhu (thermal shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan
dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya
yang ter-regulasi dengan baik.
source: wikipedia